Sumber : istockphoto.com
Jakarta - Selada (Lactuca sativa
L.) adalah tanaman sayuran daun yang banyak diproduksi dan dikonsumsi di dunia
(Li et al. 2010), dan merupakan salah satu sayuran yang paling banyak
ditanam. Sayuran ini memiliki umur panen pendek dan pasar yang terbuka luas
serta harga relatif stabil menjadi daya tarik utama sayuran ini. Selada yang
umum dibudidayakan saat ini dapat dikelompokkan menjadi empat macam tipe, yaitu
selada krop atau selada telur, selada rapuh, selada daun, dan selada batang. Sumber
genetik tanaman selada merah diduga berasal dari Asia Barat dan Amerika,
kemudian budidaya selada merah meluas ke wilayah mediteran. Penanaman selada
merah di Indonesia yaitu berpusat di daerah Cipanas (Cianjur) dan Lembang
(Bandung). Tanaman selada merah (Red lettuce) termasuk jenis sayuran
daun
Selada merah (Lactuca sativa Var. Arista)
adalah jenis Leaf lettuce dan tergolong kedalam tanaman semusim (berumur
pendek) dan berbentuk perdu atau semak. Jenis selada ini memiliki daun yang
berwarna merah, lebar, tipis serta bergerombol dan tampak keriting. Selada
merah tumbuh optimal di dataran tinggi tetapi saat ini telah banyak
dikembangkan varietas yang tahan pada suhu panas. Lidar & Mutryarny (2018)
mengungkapkan bahwa, daerah yang dapat ditanami selada terletak pada ketinggian
antara 5-2.200 m dpl. Tanaman selada tumbuh baik pada tanah yang subur dan
banyak mengandung humus. Tanah yang banyak mengandung pasir dan lumpur baik
sekali untuk pertumbuhannya. Meskipun demikian tanah jenis lain seperti lempung
berdebu atau lempung berpasir pun dapat digunakan sebagai media budidaya
tanaman ini. Umur panen pada tanaman selada merah sekitar 35 hari setelah
pindah tanam.
A. Taksonomi
Tanaman Selada
Selada (Lactuca
sativa L.) merupakan sayuran daun yang berumur semusim dan termasuk dalam
famili Asteraceae. Selada merah dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan
sebagai berikut (Cahyono, 2005) :
Kingdom :
Plantae
Divisio : Spermathophyta
Divisio :
Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Ordo : Asterales
Familia :
Asteraceae
Genus : Lactuca
Species :
Lactuca sativa L.
B. Morfologi
Tanaman Selada Merah
Sumber : istockphoto.com
Morfologi selada
merah hampir sama dengan selada keriting hijau, namun memiliki perbedaan pada
warna daunnya. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1998), daun tanaman selada merah
berbentuk bulat panjang, berukuran besar, bagian tepi daun bergerigi (keriting)
dan daunnya berwarna merah. Daun selada berjumlah banyak, tersusun berbentuk
spiral dalam roset yang padat. Daun selada merah tampak semakin merah apabila
terkena sinar matahari secara penuh. Hal ini sependapat dengan Lidar &
Mutryarny (2018) bahwa, daun selada merah semakin merah apabila mendapat sinar
matahari penuh.
a.) Akar (Radix)
Tanaman selada
merah berakar tunggang dan berakar serabut. Akar tunggangnya tumbuh lurus ke
dalam tanah sampai kedalaman 40 cm, sedangkan akar serabutnya umumnya tumbuh
menyebar (menjalar) ke samping dan menembus tanah dangkal pada kedalaman 30 cm.
Akar tanaman berwarna keputih-putihan.
b.) Batang (Caulis)
Batang tanaman
selada merah berbentuk bulat, berbuku-buku, kokoh dan kuat dan ukurannya
beragam. Warna batang umumnya hijau muda, batang tanaman tersebut merupakan
tempat tumbuhnya tangkai-tangkai daun yang rimbun sehingga sebagian besar
batang tertutup oleh tangkai-tangkai daun yang rimbun. Permukaan batang halus
dan pada buku-buku batang tempat tumbuhnya tangkai daun. Diameter batang selada
daun adalah 3 cm.
c.) Daun (Folium)
Tanaman selada
merah umumnya berdaun rimbun dan letak daun berselang-seling mengelilingi
batang. Daun memiliki bentuk yang beragam, seperti bulat dan lebar, lonjong dan
lebar, bulat panjang dan lebar. Warna daun merah keunguan (violet) dan daun
memiliki tulang- tulang daun yang menyirip seperti duri ikan, helaian daun
umumnya bergerigi pada bagian tepinya. Tanaman selada merah berdaun tunggal,
umumnya berukuran panjang antara 20-25 cm atau lebih dan lebarnya sekitar 15
cm. Helaian daun tipis agak tebal, lunak, halus dan licin.
d.) Bunga (Flos)
Tanaman selada
merah memiliki bunga berwarna kuning dan tumbuh dari pucuk tanaman yang
tersusun dalam satu rangkaian bunga yang bercabang-cabang. Tiap-tiap cabang
dalam satu rangkaian bunga tumbuh kuntum-kuntum bunga yang lebat, bunga selada
merah berjenis kelamin hermaprodit. Bunga selada merah yang telah mengalami
penyerbukan akan menghasilkan buah dan biji.
e.) Buah dan Biji (Semen)
Buah tanaman
selada merah berbentuk polong dan di dalamnya berisi biji yang sangat kecil,
bentuk biji lonjong pipih. Warna biji selada merah berwarna coklat tua, ukuran
bijinya memiliki panjang 4 mm dan lebar 1 mm.
C. Ekologi
Tanaman Selada Merah
Tanaman selada tumbuh
baik pada tanah yang subur dan banyak mengandung humus. Tanah yang banyak
mengandung pasir dan lumpur baik sekali untuk pertumbuhannya. Meskipun demikian
tanah jenis lain seperti lempung berdebu atau lempung berpasir pun dapat
digunakan sebagai media budidaya tanaman ini. Daerah yang dapat ditanami selada
terletak pada ketinggian antara 5-2.200 m dpl. Selada tumbuh dengan baik di
dataran tinggi dengan suhu sekitar 15-20º C. Tanaman ini dapat dibudidayakan di
dataran rendah, namun akan menghasilkan daun selada/krop yang kecil dan tanaman
akan cepat berbunga (Novitasari, 2018).
D. Budidaya
Tanaman Selada Merah
Panduan teknis
budidaya tanaman selada menurut Setiawati, dkk (2007) mengenai petunjuk teknis
budidaya tanaman sayuran yaitu sebagai berikut;
a.) Benih
Kebutuhan benih per hektar adalah
sebesar ± 400 g benih.
b.) Persemaian
Benih dapat
langsung ditanam di lapangan, tetapi pertumbuhan tanaman lebih baik melalui
persemaian. Sebelum disemai, benih direndam dahulu dalam air hangat (50°C) atau
dalam larutan Previcur N (1 ml/l) selama satu jam. Benih disebar merata pada
bedengan persemaian dengan media berupa campuran tanah + pupuk kandang/kompos
(1:1), kemudian ditutup dengan daun pisang selama 2-3 hari. Bedengan persemaian
diberi naungan/atap screen/kasa/plastik transparan. Persemaian ditutup dengan
screen untuk menghindari serangan OPT. Setelah berumur 7-8 hari, bibit
dipindahkan ke dalam bumbunan yang terbuat daun pisang/pot plastik dengan media
yang sama (tanah + pupuk kandang steril). Penyiraman dilakukan setiap hari.
Bibit siap ditanam di lapangan setelah berumur 3–4 minggu atau sudah memiliki
empat sampai lima daun.
c.) Pengolahan Tanah
Tanah dicangkul
sedalam 20–30 cm. Kemudian diberi pupuk kandang kuda atau sapi ± 10 ton/ha,
diaduk dan diratakan. Kemudian tanah dibuat bedengan lebar 100-120 cm. Apabila
benih akan di tanam langsung, maka dibuat alur/garitan dengan cangkul yang
dimiringkan. Jarak antara garitan ± 25 cm. Tetapi apabila benih disemaikan
terlebih dahulu maka dibuat lubang tanam dengan jarak 25 cm x 25 cm atau 20 cm
x 30 cm.
d.) Penanaman
Penanaman secara
langsung dilakukan dengan cara benih ditabur dalam garitan yang telah
ditentukan. Jika melalui persemaian, bibit ditanam dengan jarak tanam seperti
tersebut di atas, sehingga dalam satu bedengan dapat memuat 4 baris tanaman.
e.) Pemupukan
Selain pupuk
kandang, diperlukan pupuk nitrogen. Pada umur 2 minggu setelah tanam, pupuk N
diberikan di dalam garitan sejauh ± 5 cm dari tanaman. Kemudian pupuk ditutup
dengan tanah. Dosis pupuk N ± 60 kg N/ha atau 300 kg ZA/ha. Pupuk tersebut
dapat diberikan dua kali dengan selang 2 minggu.
f.) Pemeliharaan
Penjarangan dilakukan
jika penanaman dilakukan secara langsung. Penyiraman dilakukan tiap hari sampai
selada tumbuh normal (lilir), kemudian diulang sesuai kebutuhan. Bila ada
tanaman yang mati, segera disulam dan penyulaman dihentikan setelah tanaman
berumur 10–15 hari setelah tanam. Penyiangan dan pendangiran dilakukan
bersamaan dengan waktu pemupukan pertama dan kedua.
g.) Pengendalian Organisme Penggangu Tanaman
OPT penting yang
menyerang tanaman selada antara lain kutu daun (Myzus persicae) dan
penyakit busuk akar karena Rhizoctonia sp. Pengendalian OPT dilakukan
tergantung pada OPT yang menyerang. Apabila diperlukan pestisida, gunakan
pestisida yang aman sesuai kebutuhan dengan memperhatikan ketepatan pemilihan
jenis, dosis, volume semprot, waktu, interval aplikasi dan cara aplikasi.
h.) Panen dan Pasca Panen
Tanaman selada
dapat dipanen setelah berumur ± 2 bulan. Panen dapat dilakukan dengan cara
mencabut batang tanaman dengan akar-akarnya atau memotong pangkal batang.
Tanaman yang baik dapat menghasilkan ± 15 ton/ha. Selada cepat layu, sehingga
untuk menjaga kualitasnya, harus ditempatkan di wadah berisi air (biasa
dilakukan di pasar tradisional). Kriteria panen, yaitu daun paling bawah sudah
menguning dan belum berbunga. Panen dilakukan dengan cara menyiram terlebih
dahulu kemudian tanaman dibongkar satu persatu dengan hati-hati.
E. Manfaat
Tanaman Selada Merah
Tanaman selada merah Lactuca
sativa sering dijadikan oleh masyarakat Indonesia sebagai lalapan dan lebih
sering disajikan bersama burger, sandwich, dan juga salad. Seperti tanaman
lainnya, selada merah Lactuca sativa kaya akan serat dan nutrisi yang
bermanfaat bagi tubuh dan juga memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder,
diantaranya: flavonoid, saponin, tanin, fenolik, steroid, triterpenoid, dan
alkaloid. Senyawa flavonoid diketahui mampu menginduksi terjadinya apoptosis.
Sayuran merupakan
bahan pangan yang kaya antioksidan. Antioksidan mampu menangkal radikal bebas
berakibat negatif bagi tubuh. Sumber antioksidan pada sayuran salah satunya
adalah antosianin. Antosianin merupakan pigmen berwarna merah, ungu, dan biru.
Antosianin diyakini mempunyai efek antioksidan yang sangat baik. Pigmen
antosianin dapat mengurangi resiko penyakit jantung koroner, resiko stroke,
aktivitas antikarsinogen, efek anti-inflammatory serta memperbaiki ketajaman
mata. Salah satu sayuran yang mengandung antosianin adalah tanaman selada merah.
Penulis : Rhendy Rifky Setiawan
Editor : Ade Palangso Sangka
Cahyono. 2005. Budidaya Tanaman Sayuran.
Penebar Swadaya. Jakarta, 117.
Li Z, Zhao X, Sandhu AK, Gu L. 2010. Effects of
exogenous abscisicacid on yield, antioxidant capacities, and phytochemical
contents of greenhouse grown lettuces. J Agric Food Chem 58: 6503–6509.
Lidar, S., & Mutryarny, E. 2018. Uji Zpt
Hantu terhadap Pertumbuhan dan Produksi Selada Merah (Lactuca Sativa).
Fakultas Pertanian, Universitas Lancang Kuning, 13(2), 89-96.
Novitasari, D. 2018. Respons Pertumbuhan dan Produksi
Selada (Lactuca sativa L.) Terhadap Perbedaan Komposisi Media Tanam dan Interval
Waktu Aplikasi Pupuk Organik Cair. Skripsi. Unila. Bandar Lampung.
Setiawati, W., Rini, M., Sopha, G. A, &
Handayani, T. 2007. Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Sayuran. Bandung:
Balai Penelitian Tanaman Sayuran.