Morfologi, taksonomi, dan kandungan senyawa sianogenik yang terdapat dalam tanaman Ketela Pohon (Manihot esculenta)

Sumber gambar: https://www.masterclass.com/articles/cassava-vs-yucca


    Jakarta - Ketela pohon (Manihot esculenta Crantz) adalah tanaman yang memiliki potensi manfaat yang sangat tinggi. Pada jenis manis, umbinya dimanfaatkan sebagai tanaman pokok dan produk olahan seperti ubi goreng (Devy dkk, 2018). Ketela pohon dikenal juga sebagai ubi kayu. Dalam bahsa inggris bernama Cassava, adalah pohon tropika dan subtropika dari keluarga  Euphobiaceae (Suparman, 2014). Ketela pohon berasal dari Amerika, tepatnya di Brazil dan Paraguay. Penyebarannya keseluruh negara termasuk Indonesia. di Indonesia singkong diatanam sekiar tahun 1810 yang di perkenalkan oleh orang Portugis dari Brazil (Witular dkk, 2020). 


Taksomi

Klasifikasi tanaman ketela pohon yaitu :

Kingdom : Plantae

Division : Tracheophyta

Class : Magnoliopsida

Order : Malpighiales

Family : Euphobiaceae

Genus : Manihot

Spesies : Manihot esculenta  Crantz


        Ketela pohon dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal, seperti warna daging, rasa daging, dan besar racun sianida dalam umbi. Berdasarkan warna daging, ketela pohon dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu ketea pohon ubi putih dan ketela pohon ubi kuning. Berdasarkan rasa umbinya, diedakan menjadi dua golongan yaitu ketela pohon pahit dan ketela pohon manis (Wahyudi, 2009). Karakteristik tanaman ketela pohon yaitu memiliki umbi berwarna krem dan putih dengan kulit luar berwarna colat tua. Batang beralur dengan warna kuning kehijauan dan tidak terdapat percabangan. Daun  berwarna hijau muda  pada usia muda dan berwarna hijau tua pada usia dewasa. Bunga muncul 9 bulan setelah tanam. (Restiani dkk, 2014).

Keterangan : A. morfologi batang, B. Daun muda, C. daun dewasa, D. Umbi, E. Bunga jantan dan betina, F. Irisan melintang biji dan G. Irisan melintang umbi (Restiani dkk, 2014). 


Morfologi

        Ketela pohon memiliki umbi yang merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun sanat miskin akan protein. Umumnya ketela pohon digunakan pada berbagai macam penganan, mulai dari keripik, kudapan, sayuran hingga tape. Bahkan juga dapat dibuat tepung ketela pohon yaitu tepung tapioka yang digunakan untuk menganti tepung gandum. Adapaun unsur gizi yang terdapat dalam tiap ketela pohon segar yaitu kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin B, vitamin C, Air, dan bagian yang dapat dimakan (Septiriyani, 2017). Terlepas dari potensinya, berdasarkan kandungan racun dalam umbi dibedakan menjadi tiga golongan. Golongan pertama golongan tidak beracun yang termasuk dalam varietas ini adalah begog, darawati, mangkring dan gading. Kedua, adalah golongan yang beracun sedang adalah golongan varietas mentega, pondok, mentik, galih, dll. Ketiga adalah golongan yang sangat beracun yang termasuk golongan ini adalah varietas jawa, genjah suro, gendruwo, lami. Tapicuro, dll. Pada varie as ketela pohon jenis mentega memiliki rasa enak, manis, kadar HCN sedang dan kandungan pati yang relatif tinggi (Wahyudi, 2009).


Kandungan Senyawa

     Ketela pohon mengandung senyawa sianogenik yang dikenal dengan linamarin (93%) dan lotaustralin (7%)  yang dapat dijumpai dalam daun dan akar yang berbahaya bagi kesehatan. Limnarin akan terhidrolisis menjadi glukosa dan aseton sianohidrin dengan adanya enzim linamirase yang diproduksi oleh tanaman tersebut. Keberadaan senyawa tersebut secara total disebut sebagai cyanogenic potensial (CP). Cp pada daun dan akar ketela pohon berkisar 2 > 1000 ppm HCN (mg HCN setara dengan berat segar per kg). Dilaporkan bahwa mengkonsumsi bahan pangan yang mengandung 50 mg-100 mg sianida dapat menyebabkan keracunan akut dan kematian. Konsumsi lebih rendah dari konsentrasi iru, walaupun tidak menyebabkan kematian, akan menimbulkan masalah kesehatan serius, seperti neuropati dan kretinisme, bila dikonsumsi terus menerus (Sulistyaningsih dkk, 2014).



Penulis 
Faizun Nadhiyah



Sumber

Alifah, A.N., dan R. Muhammad. 2018. Lama Penyimpanan Stek Terhadap Pertumbuhan Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz). Jurnal Biology Science & Education. 7(2): 118-126.

Devy, N.F., A. A. Syarif., Aryawaita. 2018. Identifikasi Penciri Morfologi dan Kualitas Plasma Nutfah Lokal Ubi Kayu Manihot esculenta Crantz) Sumatera Barat. Buletin Plasma Nutfah. 24(1): 53-62.

ITIS report. Manihot esculenta Integrated Taxonomic Information System. https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=503688#null (diakses pada tanggal 01 Mei 2022).

MasterClassStaff. Cassava vs. Yucca : Different Uses of Cassava and Yucca. 24 Febrruari 2022. https://www.masterclass.com/articles/cassava-vs-yucca (diakses pada tanggal tanggal 01 Mei 2022).

Restiani, R., D.I. Roslim., Herman. 2014. Karakter Morfologi Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz) Hijau Dari Kabupaten Pelalawan. JOM FMIPA. 1(2): 619-623.

Septiriyani, V. I. 2017. Potensi Pemanfaatan Singkong (Manihot utilissima) Sebagai bahan Tambahan Dalam Pembuatan Es Puter Secara Tradisional. Universitas Sanatha Dharma Yogyakarta. (Skripsi). Dipublikasikan. 

Sulistyaningsih, N., R. Riffani., B. Sunarko. 2014. Pengembangan Sistem Deteksi Senyawa Sianogen dalam Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz) dengan Pendekatan Enzimatis. Jurnal Biologi Indonesia. 10(1): 77-82.

Suparman. 2014. Kekerabatan Fenetik Ubi Kayu (Manihot esculenta) di Pulau Ternate Berdasarkan Karakter Morfologi. Jurnal BIOeduKASI 2(2): 249-225.

Wahyudi. 2009. Karakterisasi Pati Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) Varietas Mentega Untuk Pembuatan Edible dengan Penambahan Sodium Tripolyphosphate (STTP) Universitas Sebelas Maret. (Skripsi). Dipublikasikan. 

Witular, A., JM. S. Harianti., K. Triyono. 2020. Kajian Macam dan Dosis Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Ketela Pohon (Manihot esculenta Crantz). Jurnal Inovasi Pertanian. 22(1): 1-4.   




Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak