Gambar 1. Lumut
Sumber gambar: https://www.istockphoto.com/
Jakarta - Lumut (Bryophyta) merupakan kelompok tumbuhan tingkat rendah yang tumbuh meluas di daratan. Endang, T. (2020) menyatakan, lumut sejatinya tumbuhan kecil yang tumbuh menempel pada substrat (batu, pohon, kayu, dan tanah). Kata Bryophyta berasal dari bahasa Yunani bryon yang berarti lumut dan phyton berarti lembab atau basah. Tumbuhan lumut bersifat autotrof karena memiliki plastid yang mengandung klorofil. Berdasarkan pendapat ahli, struktur tubuh lumut belum dianggap kormofita sejati. Lumut masih dianggap sebagai talus karena belum memiliki akar, batang, dan daun sejati. Lumut dianggap sebagai perkembangan dari alga hijau yang berbentuk filamen. Namun, beberapa ahli mengungkapkan bahwa tumbuhan lumut sudah merupakan kormofita. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tumbuhan lumut merupakan peralihan antara tumbuhan bertalus dengan tumbuhan berkormus. Tumbuhan lumut belum memiliki jaringan pengangkut (nontracheophyta), sehingga air masuk ke dalam tubuh melalui proses imbibisi, difusi, daya kapilaritas, maupun melalui aliran sitoplasma. Sistem tersebut mengharuskan lumut berada di tempat lembab, rawa, atau tempat teduh. Windadri & Susan, (2013); Mulyani, Perwati, & Murningsi (2015) mengungkapkan, kehidupan lumut dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan cahaya. Perbedaan toleransi tiap spesies tumbuhan lumut terhadap faktor lingkungan akan berpengaruh terhadap tingkat adaptasi, komposisi jenis, dan distribusi tumbuhan lumut. Lumut tidak pernah berukuran tinggi dan besar, umumnya lumut memiliki tinggi kurang dari 20 cm.
Lumut dengan nama latin Bryophyta memiliki sekitar 16.000 spesies yang dikelompokkan menjadi tiga kelas yakni lumut hati (Hepaticeae), lumut daun (Musci), dan lumut tanduk (Anthocerotae) (Lukitasari, M. 2019).
Struktur Tubuh Bryophyta
Gambar 2. Struktur tubuh Bryophyta
Sumber gambar: Annisa Rahmah, dkk (2015)
Secara umum Bryophyta memiliki bentuk tubuh yang berstruktur rendah, dengan tinggi hanya beberapa milimeter dan tegak di permukaan tanah. Meskipun berbentuk kecil berwarna dominan hijau, dan cenderung jarang terlihat serta diperhatikan, namun tumbuhan lumut ini memiliki kompleksitas bentuk organ yang unik, untuk memaksimalkan fungsi sehingga dapat menunjang kebutuhan hidupnya. Semua jenis Bryophyta seperti halnya struktur tumbuhan tingkat rendah lainnya maka mereka tidak memiliki akar, batang maupun daun dengan bentuk sempurna. Demikian juga tumbuhan lumut juga tidak dapat menghasilkan bunga dan biji, juga tidak memiliki struktur jaringan pengangkut xylem dan floem seperti yang biasa ditemui pada tumbuhan tingkat tinggi.
Ciri – Ciri Bryophyta
- Mempunyai dinding sel yang berupa selulosa.
- Akar berupa rhizoid yang berfungsi untuk mengambil air dan unsur hara serta berfungsi untuk melekatkan diri pada substrat. Rhizoid berbentuk benang – benang yang tersusun dari satu deret sel yang memanjang dan bersekat.
- Pada lumut hanya terdapat pertumbuhan primer atau pertumbuhan memanjang. Tidak terdapat pertumbuhan membesar.
- Struktur gametofit berbentuk tumbuhan lumut yang tampak berwarna hijau, berbentuk lembaran dan menghasilkan gamet. Gamet jantan (anteridium) menghasilkan sel sperma dan gamet betina (arkegonium) menghasilkan sel telur.
- Struktur sporofit (sporogonium) terdiri dari:
- Vaginula, yaitu bagian yang terdiri dari kaki yang diselubungi sisa arkegonium.
- Seta, yaitu tangkai sporangium.
- Apofisis, yaitu ujung seta yang agak melebar yang merupakan peralihan antara seta dan kotak spora.
- Kaliptra atau tudung, berasal dari dinding arkegonium sebelah atas menjadi tudung kotak spora.
- Gigi peristome, berfungsi untuk melemparkan spora pada saat udara kering sehingga spora dapat menyebar.
- Kolumela, yaitu jaringan yang tidak ikut ambil bagian dalam pembentukan spora.
Gambar 3. A mature antheridium of Riccia
Sumber gambar: O P Sharma (2014)
Gambar 4. A mature archegonium of Riccia
Sumber gambar: O P Sharma (2014)
Gambar 5. An archegonium of Riccia just before fertilization
Sumber gambar: O P Sharma (2014)
Gambar 6. A mature sporophyte of Porella
Sumber gambar: O P Sharma (2014)
Sistem Reproduksi Bryophyta
Reproduksi bryophyta bergantian antara fase seksual dan aseksual. Reproduksi seksual dengan pembentukan gamet (anteridium dan arkegonium) di dalam gametofit. Anteridium atau gamet jantan yang berbentuk bulat seperti gada, dengan dinding berupa selapis sel yang mandul dan di dalamnya terdapat sejumlah besar induk spermatozoid. Arkegonium atau gamet betina berbentuk seperti botol, bagian yang lebar disebut perut dan bagian yang sempit disebut leher. Di atas bagian perus terdapat saluran leher dan satu sel induk besar yang akan membelah dan menghasilkan sel telur.
Reproduksi aseksual dengan spora haploid yang dibentuk dalam saprofit atau kotak spora. Reproduksi aseksual dan seksual berlangsung bergantian melalui suatu pergiliran keturunan (metagenesis). Pada lumut hati, reproduksi secara aseksual juga dapat dilakukan dengan pembentukan gemmae cup (piala tunas) dan fragmentasi atau pemotongan bagian tubuh.
Siklus Hidup Bryophyta
Siklus hidup tumbuhan lumut didominasi oleh fase gametofit yang bersifat haploid. Gametofit menghasilkan anteridium dan arkegonium. Apabila anteridium dan arkegonium dihasilkan oleh satu gametofit maka jenis tersebut disebut lumut berumah satu atau homotalus. Contoh lumut homotalus adalah lumut hati (Hepaticeae). Sedangkan, apabila anteridium dan arkegonium dihasilkan oleh gametofit berbeda maka jenis tersebut disebut lumut berumah dua atau heterotalus. Contoh heterotalus adalah lumut daun (Musci).
Metagenesis lumut dapat digambarkan sebagai berikut:
Penulis
Rhendy Rifky Setiawan
Sumber
Endang, T.
(2020). Inventarisasi Jenis-Jenis Lumut (Bryophyta) di Daerah Aliran
Sungai Kabura-Burana Kecamatan Batauga
Kabupaten Buton Selatan.
Jurnal Biologi Tropis, 20(2), 161-172.
Lukitasari,
M. (2019). Mengenal Tumbuhan Lumut (Bryophyta): Deskripsi, Klasifikasi, Potensi dan Cara Mempelajarinya. CV. AE
MEDIA
GRAFIKA.
Mulyani, E., Perwati, L.K. &
Murningsi. (2015).
Lumut Daun Epifit di Zona
Tropik Kawasan Gunung Ungaran, Jawa Tengah. Jurnal Bioma. 16 (2):
76-82.DOI:
10.14710/bioma.16.2.76-82.
Windadri, F.I. & Susan, D.
(2013). Keanekaragaman
Jenis Lumut di Kepulauan
Raja Ampat, Papua Barat.
Jurnal Buletin Kebun Raya.16 (2):
75-84. DOI: https://dx.doi.org/10.14203/bkr.v16i2.31.